Sudah dua kali Anita ,26, warga Gampong Blang,
Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa melihat-lihat brosur yang berisikan foto
calon Wakilota dan wakil Walikota Langsa, yang ditempel di papan pengumuman di
depan Tempat Pemungutan Suara (TPS) setempat.
Dia
mengaku meski telah datang ke TPS, namun sampai saat ini belum ada satupun
pasangan calon walikota yang berkenan di hatinya, meski ada 13 calon walikota
yang beradu nasib untuk memimpin Langsa priode 2012-2017 namun dia belum memiliki
pilihan.
Kondisi
yang sama juga dirasakan Intan, 23, pegawai salah satu bank milik pemerintah di
Kota Langsa, meski mengaku telah memiliki pilihan untuk calon gubernur Aceh
namun dia belum memiliki pilihan untuk calon walikota, “Belum ada yang mantap,”
ujarnya.
Dia
mengatakan akan menentukan pilihannya
saat berada di bilik suara,” Kita lihat foto siapa yang paling berkenan
di hati, baru kita coblos,pokoknya datang dululah, supaya gak rugi suara ”
ujarnya ringan.
Pemilih
belum ada pilihan di hari pemungutan
suara merupakan fenomen yang sebenarnya telah terlihat sejak hari pertama
kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Aceh berlangsung 22 Maret
lalu.
Pada
hari pemamparan visi dan misi calon walikota Langsa yang berlangsung di gedung
serba guna Bina Warga di lingkungan Perusahaan Terbatas Perkebunan Negara (
PT.PN) I Aceh di Langsa terlihat tidak banyak warga yang hadir, gedung hanya
dipenuhi tim sukses calon walikota saja.
Sejumlah
warga mengaku tidak tertarik untuk hadir
selain faktor lokasi yang jauh, mereka mengatakan tidak ada yang menarik
untuk dilihat dan di dengarkan cari calon walikota.
“Sama saja
seperti lima tahun lalu, janji-janji saja yang diucapkan, Kota Langsa tidak ada
perubahan terutama Pajak Langsa, malah sekarang lebih berantakan,” ujar Edi ,40,
salah seorang warga.
Sejumlah
Mahasiswa di Universitas Samudra Langsa (Unsam) dan Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Cot Kala, mengaku mereka tidak tahu ada acara penyampaian visi
dan misi calon walikota Langsa.
Mereka juga
mengaku tidak tahu tahapan Pemilukada yang sedang berlangsung, “Gak tahu, baru
tadi pagi baca koran, baru tahu,” ujar Sania, 20, salah seorang mahasiswi
STAIN.
Menurut
Zulkarnain, MA, Dosen Komunikasi Pada Jurusan Dakwah, STAIN Langsa, fenomena
tersebut sebagai bentuk ketidakpedulian warga terhadap pemerintah yang semakin
tinggi.
“Masyarakat
saat sudah tidak peduli lagi kepada pemerintah, menurut mereka siapa saja yang
menjadi pemimpin nasib mereka akan tetap sama, tidak ada perubahan,” ujarnya.
Dia
mengatakan selama ini masyarakat merasakan pemerintah sering alpa ketika warga
sangat membutuhkan kehadiran pemerintah untuk menyelesaikan problem yang mereka
alami, pemerintah terkesan seperti mengabaikan kepentingan masyarakat.
Cukup
menarik juga apa yang disuarakan Cut Lem, salah seorang warga Langsa yang
mengaku sebagai Ketua Lira, dia dengan
caranya sendiri membentangkan belasan balihodi di setiap sudut kota yang
menampilkan dirinya dengan beberapa pesan yang disampaikannya.
Salah
satunya pesannya agar para calon pemimpin Aceh jangan berprilaku seperti
kampret binatang pemakan buah yang hanya datang ke sebuah pohon bila pohon
tersebut sedang berbuah, tabiat ini diharapkan Cut Lem tidak ditiru oleh para
calon pemimpin di Aceh yang hanya mendatangi masyarakat ketika hampir
Pemilukada, namun setelah selesai Pemilukada tidak pernah terlihat batang
hidungnya lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar