Rabu, 11 April 2012

Masih Bingung Di Depan TPS



            Sudah dua kali Anita ,26, warga Gampong Blang, Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa melihat-lihat brosur yang berisikan foto calon Wakilota dan wakil Walikota Langsa, yang ditempel di papan pengumuman di depan Tempat Pemungutan Suara (TPS) setempat.

            Dia mengaku meski telah datang ke TPS, namun sampai saat ini belum ada satupun pasangan calon walikota yang berkenan di hatinya, meski ada 13 calon walikota yang beradu nasib untuk memimpin Langsa priode 2012-2017 namun dia belum memiliki pilihan.

            Kondisi yang sama juga dirasakan Intan, 23, pegawai salah satu bank milik pemerintah di Kota Langsa, meski mengaku telah memiliki pilihan untuk calon gubernur Aceh namun dia belum memiliki pilihan untuk calon walikota, “Belum ada yang mantap,” ujarnya.

Dia mengatakan akan menentukan pilihannya  saat berada di bilik suara,” Kita lihat foto siapa yang paling berkenan di hati, baru kita coblos,pokoknya datang dululah, supaya gak rugi suara ” ujarnya ringan.

Pemilih belum ada  pilihan di hari pemungutan suara merupakan fenomen yang sebenarnya telah terlihat sejak hari pertama kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Aceh berlangsung 22 Maret lalu.

            Pada hari pemamparan visi dan misi calon walikota Langsa yang berlangsung di gedung serba guna Bina Warga di lingkungan Perusahaan Terbatas Perkebunan Negara ( PT.PN) I Aceh di Langsa terlihat tidak banyak warga yang hadir, gedung hanya dipenuhi tim sukses calon walikota saja.

Sejumlah warga mengaku tidak tertarik untuk hadir  selain faktor lokasi yang jauh, mereka mengatakan tidak ada yang menarik untuk dilihat dan di dengarkan cari calon walikota.

“Sama saja seperti lima tahun lalu, janji-janji saja yang diucapkan, Kota Langsa tidak ada perubahan terutama Pajak Langsa, malah sekarang lebih berantakan,” ujar Edi ,40, salah seorang warga.

Sejumlah Mahasiswa di Universitas Samudra Langsa (Unsam) dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Cot Kala, mengaku mereka tidak tahu ada acara penyampaian visi dan misi calon walikota Langsa.

Mereka juga mengaku tidak tahu tahapan Pemilukada yang sedang berlangsung, “Gak tahu, baru tadi pagi baca koran, baru tahu,” ujar Sania, 20, salah seorang mahasiswi STAIN.

Menurut Zulkarnain, MA, Dosen Komunikasi Pada Jurusan Dakwah, STAIN Langsa, fenomena tersebut sebagai bentuk ketidakpedulian warga terhadap pemerintah yang semakin tinggi.

“Masyarakat saat sudah tidak peduli lagi kepada pemerintah, menurut mereka siapa saja yang menjadi pemimpin nasib mereka akan tetap sama, tidak ada perubahan,” ujarnya. 

Dia mengatakan selama ini masyarakat merasakan pemerintah sering alpa ketika warga sangat membutuhkan kehadiran pemerintah untuk menyelesaikan problem yang mereka alami, pemerintah terkesan seperti mengabaikan kepentingan masyarakat.

Cukup menarik juga apa yang disuarakan Cut Lem, salah seorang warga Langsa yang mengaku sebagai  Ketua Lira, dia dengan caranya sendiri membentangkan belasan balihodi di setiap sudut kota yang menampilkan dirinya dengan beberapa pesan yang disampaikannya.

Salah satunya pesannya agar para calon pemimpin Aceh jangan berprilaku seperti kampret binatang pemakan buah yang hanya datang ke sebuah pohon bila pohon tersebut sedang berbuah, tabiat ini diharapkan Cut Lem tidak ditiru oleh para calon pemimpin di Aceh yang hanya mendatangi masyarakat ketika hampir Pemilukada, namun setelah selesai Pemilukada tidak pernah terlihat batang hidungnya lagi.

Kita berharap siapapun yang akan menjadi pemimpin Aceh dan Kota Langsa nantinya tidak lagi berprilaku seperti kampret, sehingga masyarakat lebih cinta kepada pemimpinnya,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar