Minggu, 25 Desember 2011

Tak Perlu Takut Kepada Ombak Tapi Takutlah Kepada Allah


Haba Rakyat


JIKA Alam ini diumpamakan sebagai kitab yang terbentang, maka lembaran-lembaran waktu yang membentuknya merupakan halaman-halaman ilmu yang takkan pernah habis untuk dibaca. Peristiwa demi peristiwa yang terjadi sejak dunia ini tercipta tak ubahnya bagaikan paragraf-paragraf dalam karangan, untuk mengungkapkan berbagai rahasia. Tsunami Aceh tujuh tahun lalu, merupakan salah satu baris dalam paragraf itu, dan tulisannya terus berkembang tanpa akhir kecuali pembacanya berhenti untuk membaca.

Membaca karangan Maha Karya dalam kitab yang terbentang ini juga bisa berbeda-beda informasi yang diperoleh. Walaupun objeknya sama, tapi lain orang yang membaca lain pula ilmu yang didapat. Kemampuan menalar dan hidayah Allah menjadi hal yang menentukan. Banyak orang yang  panjang pengalamannya dan  tinggi pendidikannya, tapi tak memperoleh hidayah, maka tak bisa kunjung belajar. Tak jarang ada orang yang pendek pengalamannya dan rendah pendidikannya, tapi memperoleh hidayah, maka pengalaman yang pendek tadi dapat mencerahkan sepanjang hidup.

Tragedi Tsunami Aceh, 26 Desember 2004 lalu, merupakan bencana terbesar yang pernah melanda Indonesia dan mengguncang dunia, adalah sebaris bacaan dalam paragraf dalam kitab yang terbentang. Tapi meskipun sebaris, bacaannya bisa melahirkan beribu makna bahkan tak terhingga. Diawali dengan gempa besar berskala 8,9 SR disusul tsunami dahsyat menyapu bersih pantai-pantai Aceh, sebagian Sumatera Utara, bahkan hingga ke Somalia di benua Afrika yang berjarak ribuan kilometer dari pusat gempa di sebelah barat Provinsi Aceh.

Setelah tsunami surut, bangunan yang tersisa di sepanjang pantai barat dan utara Aceh, semua tinggal garis-garis bekas pondasi rumah atau sekolah-sekolah. Hal ini  menunjukkan bagaimana kekuatan tsunami yang terjadi, dan tidak sedikit rekaman video amatir yang beredar di televisi untuk menggambarkan kedahsyatannya. Fakta tersebut merupakan sebagian informasi yang dapat diperoleh dari bacaan kitab alam yang terlihat dengan kasat mata.

Namun, di balik luluh-lantaknya wilayah pantai Aceh tersebut, Allah berkehendak lain, Dia masih meninggalkan sedikit pohon dan bangunan guna menjadi peringatan bagi warga Aceh khususnya untuk dibaca dan manusia pada umumnya. Jika fakta tersebut dibaca dengan ilmu akan melahirkan berbagai makna, tergantung kepada siapa yang membacanya.

Di Ulee Lheue, Banda Aceh, Masjid Baiturrahim masih tampak tegar. Bangunan yang berada dekat tepi pantai dan pelabuhan kecil tersebut tetap utuh. Tsunami hanya menjebol pagar dan kaca-kaca masjid tersebut. Daerah sekitar masjid hingga berkilo-kilo meter rata dengan tanah. Di Kampung Cot, Meulaboh, Aceh Barat, juga terjadi hal serupa, hanya masjid Al Hidayah yang menjadi satu-satunya bangunan yang tetap utuh. Apa yang dapat diperoleh jika fakta ini dibaca penuh dengan renungan?

Selain kedua tempat ibadah tersebut, masih banyak bangunan serupa yang tidak ikut tersapu tsunami 26 Desember 2004. Barangkalai, ada orang yang membacanya, entah karena mukjizat atau struktur teknis bangunan yang menjadikan rumah-rumah ibadah itu tetap kokoh meski diterjang ribuan ton kubik air bah, yang jelas hal itu cukup menjadi pelajaran bagi manusia yang masih hidup. Dan merupakan bagian dari halaman ilmu bagi siapa yang mau menggunakan akal pikiran, salah satunya bisa menjadi ilmu yang dapat menggerakkan jiwa  kembali ke masji-masjid untuk bersujud.

Barangkali inilah salah satu isyarat alam yang bisa diambil dari peristiwa tujuh tahun lalu itu,  bahwa kalau ingin selamat dalam hidup, maka berlindunglah kepada Allah di masjid-masjid. Atau jangan pernah lupa untuk kembalilah ke masjid.

Di samping itu ada juga yang sempat berpikir, “Masjid-masjid yang tersisa itu dibangun atas dasar keikhlasan, tidak bercampur dengan sumbangan uang para koruptor.” Bisa jadi pikiran orang itu juga benar! Tergantung pada masing-masing pembaca.

Dan hal lain yang bisa terbaca dari Tragedi Tsunami tersebut adalah jangan takut terhadap ombak laut, namun takutlah kepada Allah, Penguasa Alam Semesta. Wallahu A’lam....





Tidak ada komentar:

Posting Komentar