Senin, 25 Juli 2011

Sebuah Pembelajaran Dari Tukang Parkir

Tulisan saya pagi ini terinsiprasi dari seorang petugas parkir. Nama panggilannya John, aku teringat nama Pak  Johan Wahyudi penulis kompisiana yang sangat inspiratif itu. Tapi John yang ini jelas bukan Pak Johan Wahyudi. Dia membuka lapak parkirnya dekat pasar sayur, bukan di Kompasiana.  Anak buahnya dua orang, kenderaan yang parkir di lapaknya selalu berjubel.

Sejak pukul 5.30 pagi, terlihat dia dan dua anak buahnya selalu sibuk. Setiap orang hendak ke pasar yang datang dari rumahnya dengan kenderaan roda dua, begitu tiba depan lapak parkir milik John, langsung turun meninggalkan kenderaannya ngeloyor masuk ke pasar. John dan anak buahnya mengambil alih kenderaan tersebut, mendorongnya, dan mengatur dengan barisan yang tertib.

Setiap saat ketiga petugas parkir ini selalu sibuk. Mengatur kenderaan yang baru datang atau mengeluarkan kenderaan yang mau pulang. Yang istimewa, lapak-lapak parkir lain di sekitar lapak parkir milik John, justru terlihat sepi. Penjaga-penjaganya yang hanya sendirian terlihat santai saja karena tak banyak kenderaan yang parkir di situ.

Melihat fenomena itu, aku penasaran ingin tahu. Kucuri waktu, kuajak John berbincang-bincang, dan disinilah kudapatkan sebuah pelajaran baru, yang nilainya menurutku melebihi nasihat seorang maha guru.
Intinya, inilah pandangan hidup dan keyakinan John. SEMUA MAKHLUK HIDUP DI DUNIA INI PADA HAKIKATNYA TIDAK LEBIH DARI SEORANG TUKANG PARKIR. Kenapa bisa begitu?  Bacalah tulisan ini selanjutnya!

Saya ini tukang parkir, ujar John, sejak awal terjun kemari saya sudah menanam tekad untuk memperlakukan apa pun yang diparkir di tempat saya akan saya jaga melebihi penjagaan pemiliknya. Kalau pun tidak bisa seperti itu, ya sama dengan penjagaan pemilik itu sendiri, cukuplah. 

“Dan itu juga yang saya tanamkan kepada dua kolega saya ini,” tambah John seraya menjelaskan, ternyata apa yang dilakukan itu hasilnya sungguh sangat menggembirakan. Lalu John menambahkan, dia tidak merasa minder dengan memberi layanan lebih kepada orang-orang yang parkir di tempatnya. Tidak hanya kenderaan saja yang dijaga, malah kalau ada orang menitip barang dulu sebagian sambil mau membelanjakan yang lain, barang-barang itu pun dijaga dengan baik.

Menurut pandangan John, mengapa dia harus malu dengan status tukang parkir, bukankah jika semua orang mau jujur, sebenarnya semua orang walaupun mau mengakui ataupun tidak pada hakikatnya tukang parkir juga. Tegasnya, pendeka kata, Tuhanlah yang memarkirkan nyawa kepada kita sehingga kita hidup. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar