Haba Rakyat, Langsa
Kondisi Pemerintah Kota (Pemko) Langsa dilaporkan dalam keadaan
bangkrut. Sejumlah pembiayaan untuk kepentingan masyarakat pada triwulan
kedua tahun anggaran 2011, diketahui sudah tidak ada lagi dananya.
Sementara biaya perjalanan Dinas para pejabat Pemko Langsa yang berpergian ke
Jakarta atau kota lainnya, terlihat lancar saja. Anehnya, sebuah proposal
bantuan untuk organisasi profesi di Kota Langsa yang telah didisposisi Sekda, ternyata
tidak bisa dicairkan, dan disposisi Sekda Langsa itu sepertinya dianggap
tak laku.
Keterangan
yang diperoleh dari berbagai sumber dikalangan PNS Pemko Langsa,
Kamis (14/7), menyebutkan saat ini kondisi keuangan Pemko Langsa sedang
minim. Bahkan tunjangan uang meugang bagi para Pegawai Negeri Sipil (PNS)
menghadapi bulan Ramadhan tahun ini turun dari Rp 200 ribu pada tahun
sebelumnya, menjadi Rp 150 ribu. Tak hanya itu, insentif lainnya bagi para
pegawai juga mengalami pemotongan untuk menghemat anggaran. “Ya, kami sudah
teken uang meugang tahun ini hanya Rp 150 ribu. Padahal uang meugang tahun lalu
Rp 200 ribu,” celoteh salah seorang PNS Pemko Langsa yang minta tidak
disebutkan namanya.
Sementara
biaya untuk fakir miskin dan kaum duafa yang telah diplotkan dalam anggaran dan
ditempatkan pada Bagian Kesra, juga mengalami defisit. Banyak fakir miskin dan
kaum duafa yang mendatangi Pemko Langsa untuk mendapatkan bantuan, terpaksa
harus gigit jari karena tidak bisa dilayani oleh Pemko Langsa disebabkan
dananya sudah keburu habis.
Dibidang
Bantuan untuk organisasi profesi dan kemasyarakatan, Pemko Langsa
sepertinya juga telah kehabisan uang. Buktinya, sebuah proposal bantuan
dari salah satu organisasi profesi di Kota Langsa yang telah didisposisi oleh
Sekda Saifullah SH, ternyata juga tidak ada dananya. Bahkan disposisi Sekda
Langsa sepertinya dianggap tak laku oleh Bendahara bidang Bantuan di Pemko
Langsa.
Koordinator
Gerakan Partisipatif (GeMPAR) Aceh Auzir Fahlevi , Kamis
(14/7), mengungkapkan, buruknya kondisi keuangan Pemko Langsa menunjukkan
kinerja Walikota Zulkifli Zainon yang amburadul. Dalam hal ini Auzir menilai
telah terjadi politisasi anggaran yang dilakukan oleh pejabat Pemko
Langsa untuk menuai simpati pihak tertentu agar Zulkifli Zainon terpilih
kembali sebagai Walikota Langsa dalam Pemilukada ini. “patut kita curigai
Zulkifli Zainon dan jajarannya telah melakukan politisasi anggaran, untuk
menuai simpati public. Sehingga ada beberapa mata anggaran seperti bantuan
meugang dan tunjangan para pegawai dikurangi.
Sementara bantuan untuk
kelompok tertentu malah cepat dan mudah terealisasi,” kata Auzir.
Karenanya,
Auzir meminta Walikota Zulkifli Zainon agar bertanggung jawab secara moral
dalam penggunaan uang rakyat, sehingga semua lapisan masyarakat bisa merasakan
manfaatnya. “Kita juga mendesak Walikota Langsa tidak sembarangan menggunakan
anggaran tanpa acuan yang jelas, apalagi melakukan politisasi anggaran untuk
kepentingan politiknya,” demikian Auzir Fahlevi.
Kepala
Dinas Pengelolaan Kekayaan Aset Daerah (DPKAD) Kota Langsa Samsul Bahri yang
ingin dikonfirmasi Harian Aceh terkait dugaan “bangkrut” nya Pemko
Langsa, tidak berhasil ditemui di kantornya. Menurut staf Samsul Bahri, yang
bersangkutan sedang berada di Jakarta dengan urusan yang tidak diketahui.
Sementara
Sekda Langsa Syaifullah yang ingin diperoleh keterangannya, juga tidak berhasil
ditemui. Bahkan ketika dihubungi via telepon, ponsel pejabat bersangkutan tidak
aktif. “nomor yang anda tuju sedang diluar jangkauan,” begitu bunyi diujung
ponsel Sekda Syaifullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar