Pegawai Kementrian Agama Langsa Harus Berubah Setelah Peringatan Maulid
Banyak hikmah dapat diambil dari peringatan maulid Nabi Muhammad dengan mengikuti keteladanannya. Tapi jika setelah maulid diadakan tak terjadi perubahan prilaku bagi yang mempringati kegiatan itu, seremonial maulid menjadi tidak berguna. Maka itu perubahan prilaku jadi tolok ukur ada tidaknya hikmah maulid itu diadakan.
Kepala Kementrian Agama Kota Langsa, Drs. Yunus Ibrahim, M.Pd, tidak rela jika seluruh jajaran pegawai negri di bawahnya tidak berubah setelah peringatan maulid diadakan. Hal itu dikatakannya, Jumat (18/2) malam, saat memperingati maulid di kantornya dengan seluruh jajaran pegawainya, baik dari kalangan pegawai kantor maupun para guru dari seluruh madrasah yang ada di Kota Langsa.
Maka itu kepada seluruh pegawai yang hadir pada malam itu, Yunus Ibrahim memintanya agar menteladani Nabi Muhammad dalam segala aspek kehidupannya. Bagi pegawai yang tidak hadir, juga diminta kepada yang hadir untuk menyampaikan pesan tersebut pada mereka.
Pesan yang disampaikan Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Langsa itu kemudian diulas lagi secara rinci oleh pembicara tunggal dalam maulid tersebut, Tgk. Muhammad Tabkir, LC, bahwa keteladanan pada Nabi Muhammad bisa diambil oleh semua profesi dalam kehidupan.
Sebagai contoh dia menunjukkan sejumlah nama Sahabat Nabi yang terdiri dari berbagai kalangan, mereka merupakan orang-orang yang mampu mengikuti petunjuk Nabi tanpa harus meninggalkan jati dirinya.
Di antara para sahabat itu, katanya, ada Abu Bakar yang mewakili kalangan tua dan tokoh masyarakat. Kemudian Ali bin Abi Talib mewakili kalangan muda terpelajar, Khadijah mewakili kalangan wanita pengusaha, Zaid bin Haristah mewakili kalangan tenaga kerja (khadam), dan Bilal bin Rabbah mewakili kalangan mantan budak.
Lalu Ibnu Shihab Ar-Rumi mewakili dunia belahan barat (Romawi), Salman Al-Farisi mewakili belahan dunia timur (Persia), Utsman bin Affan mewakili kalangan saudagar, Asma binti Abu Bakar mewakili kalangan aktivis perempuan, dan Aisyah binti Abu Bakar mewakili kalangan wanita terpelajar.
Umar bin Khatab mewakili kalangan elit dan pejabat publik, Usamah bin Zaid mewakili anak-anak belasan tahun (remaja lingkungan), Abdullah bin Umar mewakili kalangan remaja terpelajar, Hasan bin Tsabit mewakili kalangan pujanggan seniman dan penyair, serta Zaid bin Tzabit mewakili kalangan muda ahli bahasa.
Selanjutnya, Mus’ab bin Umair mewakili kalangan eilt muda perkotaan, Abdullah bin Ummi Maktum mewakili kalangan tuna netra, Rafi’ bin Khudaij mewakili olahragawan cabang pemanah, Samrah bin Jundab mewakili kalangan olahragawan cabang gulat, Rufaidah mewakili kalangan dokter dan perawat (tenaga medis), Al Habab Ibnu Munzir mewakili kalangan militer dan ahli strategi perang, Nuam bin Mas’ud mewakili kalangan ahli rekayasa dan manajemen konflik, Ummu Aiman mewakili wanita pekerja dan ibu rumah tangga, dan Abdullah ibnu Mas’ud mewakili kalangan Qurra’ (Qari Al-Quran).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar