Sabtu, 26 Februari 2011

Menatap Gesang Dengan Lelehan Air Mata

Menatap Gesang Dengan Lelehan Air Mata

FITRIADI dan Zainab tidak bisa lagi bicara banyak. Suami istri penduduk Lorong Sederhana, Gampong Gedubang Jawa, Kota Langsa ini tiap hari hanya mengurut dada menatap buah hatinya dengan lelehan air mata. Kesusahan seakan tercetak di kening mereka. “Lahir untuk susah”, demikian kira-kira stempelnya

Sebagai tenaga honor pada Dinas Kebersihan Kota Langsa dengan gaji kurang dari Rp. 900 ribu per bulan, Fitriadi tak menyangka cobaan hidup yang berat harus diwariskan juga pada anaknya. Padahal, Gesang Dwi Ananda, buah hatinya itu baru berusia empat bulan, karena istrinya bersalin tepat pada Tanggal 25 September tahun lalu di RSU PTPN-I Langsa. Tapi apa hendak dikata, kehendak Tuhan telah ditetapkan siapa pun tidak bisa mengubahnya, Gesang Dwi Ananda mengalami kelainan.

Dia datang ke dunia tanpa membawa perlengkapan pembuangan, alias lahir tanpa anus, sehingga tidak bisa mengeluarkan kotoran. Pada proses persalinan, awalnya normal saja dengan berat badan 3,5 kg, tapi masuk hari kedua perutnya gembung dan muntah-muntah. Setelah dibawa ke dokter baru diketahui Gesang memang tak punya anus, maka dirujuklah ke RS Martha Friska, Medan, Sumatra Utara.

Di RS Martha Friska dokter menyampaikan hasil diagnosanya bahwa Gesang menderita atresia ani yang harus dilakukan tindakan operasi colostomy. Maka dibuatlah lubang pembuangan sementara dengan cara memindah usus besar ke pinggang. Total biaya sekitar Rp 20 juta. Untuk menutupinya Fitriadi dan istrinya pontang panting mencari pinjaman dari sanak saudara dan kawan-kawannya.

“Kami sekarang kesulitan untuk membayar pinjaman itu,” kata Fitriadi didampingi istrinya kepada Waspada, Jumat (25/2). Sebelumnya walaupun bergaji kecil, Fitriadi berani melakukan pinjaman karena berharap klaimnya akan dibayar PT. Jamsostek. Namun saat permohanan diajukan, walaupun saldo akhirnya ada tercatat Rp.3.938.936,51 tapi pihak PT. Jamsostek tak sudi membayar karena ada tunggakan penyetoran selama 6 bulan. Hal itu terjadi lantaran dana untuk itu dari Pemko Langsa telah ditarik bendaharawan Dinas Kebersihan dan sekarang sudah dibawa lari.

Hati Fitriadi sekarang semakin sedih, karena akibat orang lain yang berbuat salah anaknya harus menjadi korban. Sekarang Fitriadi tidak mampu lagi membawa anaknya ke dokter walaupun dia sudah bersusah payah mencari pendapatan tambahan dengan menarik becak. Karena pembiayaannya besar sekali tidak seimbang dengan pendapatannya.

Pembiayaan yang sebesar itu bukan hanya sekali karena masih ada dua kali lagi operasi berikutnya, pembuatan lubang anu dan pemindahan usus sementara yang dipasang di pinggang ke lubang anus buatan. Selain itu, di kelamin Gesang juga terjadi keganjilan, penisnya menempel ke buah pelir sehingga kalau kencing hanya merembes saja. Untuk itu diperlukan tindakan operasi pemisahan buah pelir dan penis yang nempel tersebut.

Menurut Fitriadi, dokter memperkirakan keseluruhan biaya operasi susulan mencapai Rp 50 juta. Fitriadi dan istrinya tak sanggup membayangkan dari mana uang tersebut akan mereka peroleh. Hutang biaya operasi pertama belum terbayar dan beberapa orang sudah terus menerus menagihnya. Oleh karena itu mereka berharap agar ada bantuan dari para dermawan untuk meringankan beban penderitaannya. Jika ada pihak-pihak yang mau membantu bisa langsung ke rumahnya di lorong Sederhana, gampong Gedubang Jawa, Langsa. **** Ibnu Sa’dan ****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar