Selasa, 28 September 2010

Tarmilin Usman, Batu Kali Yang Sudah Lama Tergerus

Tarmilin Usman, Batu Kali Yang Sudah Lama Tergerus

Oleh Ibnu Sa'dan

Pada umumnya manusia silau melihat keberhasilan orang lain. Bahkan kita sering menjadi heran ketika seorang teman naik jabatan, terbelalak melihat dia yang menunggang mobil baru, dan takjub karena dia memiliki rumah besar dan mentereng. Intinya kita kerap berdecak kala seorang teman menjadi orang sukses. Terlepas apakah seseorang itu sukses menjadi pejabat pemerintah , professional, tokoh politik, atau pakar dalam satu bidang.

Barangkali, demikian pula yang terjadi pada diri Tarmilin Usman. Mungkin ada diantara kita yang bertanya-tanya, mengapa dia bisa terpilih menjadi Ketua PWI Aceh. Padahal dia hanya seorang wartawan SKU Haba Rakyat, bukan sebuah koran besar yang kantor pusatnya berada di Ibukota Negara, dan termasuk koran yang masih berusia muda pula.

Namun pernahkah kita mengkaji bagaimana itu dapat terjadi? Mari kita memperhatikan sebuah batu kali yang kecil dan licin di sebuah muara sungai. Dan coba tanyakan pada diri sendiri, “Mengapa batu kali tersebut berbentuk bulat, lagi halus permukaannya?, siapakah gerangan yang mengerjakannya?”

Kemudian lihatlah sebuah batu lain yang terbawa dalam arus sungai. Batu itu terpelanting kesana kemari, terombang-ambing, hanyut dalam arus yang begitu derasnya.

Jika fenomena itu kita perhatikan akan memberi pencerahan. Ternyata batu kali yang kecil dan licin tadi pasti sebelumnya berasal dari hulu. Sebagaimana batu yang sedang digerus air tadi. Mungkin ia telah berjalan puluhan kilometer. Mungkin pula wujudnya tajam dan kasar. Namun karena terbawa arus, terbanting-banting, tergerus kesana-kemari, akhirnya bentuk yang tajam dan kasar pada tubuhnya terkikis secara perlahan. Alhasil ia menjadi batu yang bulat dan halus permukaannya .

Kini ia menjadi batu yang mengagumkan. Ada kalanya bisa dijadikan batu cincin, ada kalanya dijadikan hiasan taman, pondasi bangunan, dan hiasan ukir. Singkatnya menjadi sesuatu yang berguna.

Pembaca budiman, demikianlah agaknya dengan Tarmilin Usman. Semua yang ada sekarang padanya ternyata adalah hasil dari proses yang terjadi dari masa lampau. Tanpa proses terhempas , terbanting, terbentur, tergelincir, tak mungkin seorang Tarmimlin Usman bisa mendapat kepercayaan demikian besar dari teman-temannya untuk memimpin sebuah organisasi sebebasr PWI Aceh.
Andai kata batu yang tajam dan berbentuk tak karuan dan kasar, diambil dari hulu kemudian dibawa ke hilir, maka tak terjadi perubahan apa-apa. Ia tetaplah batu yang kasar. Lagi-lagi pentingnya sebuah proses menggelinding dan terbawanya batu kali dalam arus deras sebuah sungai, membuktikan pada kita betapa tak enaknya sebuah perjalanan menuju kehalusan. Betapa tidak nyamannya menuju kesuksesan. Tak ada kesuksesan hakiki didapat dengan potong kompas. Semua butuh proses dan waktu.
Tangisan,jeritan,teriakan,kepedihan,terjatuh,tersungkur,tergelincir,terjerembab adalah sebuah proses. Yang terpenting jangan lewatkan peristiwa itu tanpa makna, dan selalu kita ikuti dengan kebangkitan. Ada pesan tersirat dibalik semua peristiwa. Tingkatkan daya endus dan penciuman kita.
Yang pasti tak ada keberhasilan tanpa proses yang menyakitkan. Termasuk kerja keras. Boleh saja Tarmilin Usman yang kita lihat sekarang tak menggambarkan masa lalunya. Tapi percayalah, dia telah melaluinya. Maka kita sekarang tak perlu heran kenapa dia bisa terpilih menjadi Ketua PWI Aceh sekarang ini.Dan mari kita sama-sama belajar banyak darinya.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar