Pelajaran Kedua
Oleh Ibnu Sa'dan
Realitas Dalam Karangan Dan Realitas Sehari-hari
Realitas dalam karangan adalah kenyataan atau kejadian yang ada dalam karangan, dia tidak musti sama persis dengan realitas yang ada sehari-hari. Atau dengan kata lain, Kenyataan dalam karangan merupakan hasil imajinasi pengarangnya. Dia biasanya diambil dari realitas yang ada sehari-hari, yang dilihat, digumuli, atau diketahui. Maka itu dapat disimpulkan, realitas dalam karangan sama dengan hasil imajinasi yang diolah dan diciptakan kembali oleh si pengarang.
Apakah masih susah untuk dimengerti? Baiklah untuk mudah memahaminya, sebut saja bahwa sifat realitas dalam karangan beda dengan sifat dokumenter. Karena sifat dokumenter harus cocok benar dengan kenyataan yang pernah ada, dan ditulis sepersis mungkin. Sedangkan sifat realitas dalam karangan, khususnya fiksi, tidaklah harus demikian.
Masih juga kurang jelas? Lebih sederhana lagi begini, karangan – dalam hal ini karya sastra – tidaklah sepenuhnya melukiskan realitas yang terjadi sehar-hari. Melainkan realitas yang dilihat dari suatu imajinasi, atau imajinasi yang didasarkan pada suatu realitas yang terjadi sehari-hari. Jangan bingung dulu, karena ada lagi yang menarik. Sebuah pendapat mengatakan, kejadian sehari-hari tidak musti sama dengan kenyataan sehari-hari. Bahkan sebuah karya yang menarik justru sering terdapat dalam karangan yang menyimpang atau berbeda kejadian sehari-hari dengan kenyataan sehar-hari.
Contohnya, seperti novel-novel karangan Andrea Hirata. Pasukan Pelangi, Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov semuanya menunjukkan perbedaan antara kejadian sehari-sehari dengan kenyataan sehari-hari. Dalam novel-novel tersebut Andrea menceritakan apa yang dialaminya pada masa-masa sekolah setelah dia selesai sekolah. Andrea membuat kembali realitas baru dengan imajinasinya berdasarkan realitas yang pernah dia alami. Atau bisa juga dilihat dalam cerita Novel Ayat-ayat Cinta yang juga best seller itu. Di situ pengarangnya mengolah realitas waktu dia kuliah di Mesir menjadi sebuah realitas baru berdasarkan imajinasinya yang kreatif.
Dalam karangan puisi, hal yang sama terjadi juga. Contohnya pun sangat banyak. Peristiwa tsunami di Aceh misalnya, banyak penyair menulis puisi tentang peristiwa tersebut. Meskipun yang diangkat dari objek yang sama, tapi karena sudut pandangan dan sikap yang berbeda maka hasilnya jadi tidak pernah sama.
Mengenai Realitas kita cukupkan di sini dulu ya... Dalam edisi selanjutnya akan kita bahas masalah ilham. Karena Ilham juga punya peranan tersendiri, khususnya dalam melahirkan sebuah karya sastra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar