Wajah Anggota DPRK Langsa Di Dalam Cermin
Oleh: Ibnu Sa’dan
Seribu kaca yang datar, yang cekung, yang cembung, dari atas, bawah, depan, samping biasanya tak pernah cukup untuk mengenali diri sendiri secara utuh. Demikian bagi warga Kota Langsa untuk mengenal wakilnya yang duduk di kursi empuk dewan perwakilan rakyat, mereka tidak mudah dikenal jika dilihat dengan mata telanjang, kecuali harus menggunakan alat pembantu serupa cermin.
Dengan bantuan cermin, wajah mereka bisa dipantulkan dari segala sisi. Bahkan jika cerminnya sempurna, sampai ke isi dalam hati anggota dewan pun dapat tembus dlihat. Cermin yang dapat menembus ke isi hati ini, biasanya tidak dapat diartikan secara harfiah melainkan dengan melihat tindak tanduknya itulah cermin sejati.
Maka itu dengan kepergian mereka beramai-ramai ke Gorontalo yang dibungkus denga kegiatan study banding, telah memberikan sebuah cermin sejati yang mampu memperjelas jati diri mereka hingga sampai ke isi hati.
Cermin dari Gorontalo itu telah memantulkan wajah asli para anggota dewan dan pejabat Kota Langsa, ternyata rupa mereka tidaklah sama seperti yang selama ini terlihat. Apalagi wajah para anggota dewan yang kelihatan pada masa-masa kampanye. Itu semua topeng. Ketika itu mereka berjanji jika terpilih akan memikirkan nasib rakyat dan akan menaruh kepentingan rakyat di atas semua kepentingan yang lain. Tetapi setelah terpilih pelaksaannya nol besar menempel di jidat pilihan rakyat tersebut.
“Mereka, para anggota dewan dan pejabat itu sama saja,” kata H. Sulaiman Bardan salah seorang tokoh ekponen 66 Kota Langsa, jika lagi tidak ada jabatan mampu menjalin hubungan baik dengan masyarakat tetapi jika sudah ada jabatan jadi lupa daratan. Nasib rakyat bukannya diperhatikan untuk dibantu agar bisa keluar dari kesulitan, melainkan diteliti, dicatat, lalu dirumuskan bagaimana memproyekkan untuk mencari keuntungan.
Dari tahun ke tahun perilaku para anggota dewan dan para pejabat itu selalu sama. Biarpun orangnya bertukar namun tindak tanduknya tidak ada yang berubah, tambah Sulaiman Bardan. Hal yang paling kental tentu saja dapat dilihat pada kegiatan study banding tersebut, karena pada tahun lalu anggota dewan lama juga melakukannya, dan rakyat sudah melakukan protes besar-besaran. Sekarang kegiatan itu diulang lagi, protes terjadi lagi, dan para anggota dewan serta para pejabat pun semakin bertambah tuli.
Secara umum rakyat sebagai pemegang kedaulatan saat adanya pemilihan memang mendapat kesialan, karena saat memilih mereka dulu berharap dapat meringankan beban kerja dan fikiran. Tapi dalam kenyataannya para anggota dewan dan pejabat yang digaji dengan uang rakyat itu, justru menguras lagi tenaga dan fikiran rakyat , karena setiap hari rakyat harus bersusah payah mengingati mereka agar dapat bekerja dengan baik sesuai janjinya dulu. Itulah kesialan yang mendatangkan penyesalan karena salah dalam memilih.
Namun jika mau dijadikan sebagai pelajaran, kunjungan kerja ke Gorontalo itu sebenarnya suatu keberuntungan bagi rakyat. Karena ini baru tahun pertama bagi para anggota dewan ini, agar empat tahun ke depan rakyat tidak lagi menitipkan harapan apa-apa supaya dapat terhindar dari kekecewaan. Demikian juga dalam pilkada yang akan datang, rakyat bisa menentukan sikap yang lebih realistis untuk memilih pimpinannya. Sekali lagi, keberuntunggan ini kalau pengalaman bisa menjadi sebagai pelajaran. Tapi kalau masyarakat mudah lupa lagi, yah, apa boleh dikata hal yang sama pasti akan terulang juga.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar