Jumat, 30 April 2010

Bara Api Di Tangan Sulaiman

Bara Api Sekarang Berada Di Tangan Sulaiman
Ibnu Sa’dan
280410
JIKA pikiran waras sudah disimpan dan hanya hasil akhir setiap pekerjaan yang jadi ukuran, kebenaran pasti tidak lagi menjadi idaman setiap orang. Yang curang akan mendapat sanjungan, sementara yang memegang teguh pada kebenaran akan memperoleh cercaan habis-hbisan. Proses untuk meraih hasil walaupun ditempuh dengan cara yang salah tidak ada lagi yang mempersoalkan, karena hal itu bisa ditutupi dengan pesta yang dibungkus dengan syukuran.
Jika kondisinya sudah demikian, siapapun yang memegang kebenaran ibaratnya sedang memegang bara api. Dan bara api itu sekarang berada di tangan Drs. Sulaiman, MM Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Abdaya, Provinsi Naggroe Aceh Darussalam. Karena yang bersangkutan tidak mau bekerja habis-habisan untuk berbuat curang membagi-bagikan jawaban UN kepada siswa/i tingkat SLTA di daerahnya sehingga mereka banyak yang tidak lulus.
Bara api yang dipegang Drs. Sulaiman itu sebenarnya sudah menjadi rasahasia umum. Tapi banyak pihak yang selalu berusaha menutupinya, agar kebobrokan dunia pendidikan di Aceh bisa tersembunyi. Padahal semakin disembunyikan aroma busuk kecurangan dalam pelaksanaan UN yang lalu semakin kelihatan, ibaratnya seperti menutup bangkai gajah dengan daun pisang.
Bangkai gajah dunia pendidikan di Aceh itu sekarang disuguhkan kepada warga yang tidak mampu, mereka ditipu dengan bumbu pewangi dan penyedap rasa. Sementara para pelaku pendidikan itu sendiri banyak yang menjauhinya, mereka tidak mau menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah yang ada di Aceh, terutama yang letaknya di kota-kota kecamatan walaupun dalam UN yang lalu sekolah-sekolah tersebut siswanya lulus UN sampai 100 persen.
Banyaknya para guru di Aceh mengirimkan anaknya untuk sekolah ke luar daerah, bahkan lebih memilih sekolah swasta, hendaknya bisa menjadi sebagai satu isyarat pengakuan tak langsung bahwa guru-guru itu sendiri sudah tidak sanggup menghirup bau busuk pendidikan tersebut. Adanya sekolah-sekolah yang melakukan syukuran karena siswanya lulus 100 persen pantas dipertanyakan, apakah seluruh guru yang mengajar di sana menyekolahkan anaknya di tempat dia mengajar?
Kalau banyak guru yang mampu dalam ekonomi dan para pegawai di Dinas Pendidikan di luar Kabupaten Abdaya menyekelolahkan anaknya ke sekolah swasta yang ada di luar daerah, apa juga artinya sekolah-sekolah di daerahnya mampu meluluskan siswa sampai 100 persen. Bagaimana pula dengan sekolah-sekolah di Abdaya? Pantaskah Kadis Pendidikan Abdaya, Drs. Sulaiman, MM dicerca habis-habisan?
Hendaknya semua pihak perlu merenung kembali tentang kondisi pendidikan di Aceh sekarang ini. Karena kualitas pendidikan yang ada pada masa kini akan menentukan masa depan Aceh yang akan datang. Jika sejak dari pendidikan generasi ini sudah dikotori, kehidupan mereka di masa yang akan datang pasti akan berbanding lurus untuk memperoleh prediket juara dalam hal pelanggaran syariat Islam. Nama Aceh sebagai daerah Serambi Mekkah pun bakal tinggal kenangan. Inlah yang tidak kita harapkan. Semoga menjadi perhatian semua pihak.*** Ibnu Sa’dan ****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar