LANGSA: Yusri,
16, siswa kelas II Sekolah Menengah Kejuruan Negri (SMKN) 2 Langsa menghilang.
Dia minggat dari sekolah sekaligus tak pulang lagi lagi ke rumahnya sejak Jumat
(1/6) lalu. Tepatnya pada hari kedua dia sedang mengikuti ujian kenaikan kelas,
setelah gurunya mengeluarkan dia dari ruang ujian karena belum membayar
tunggakan uang pembangunan senilai Rp. 100 ribu.
![]() |
| Yusri |
Siswa jurusan Las ini, anak
miskin yang tinggal bersama ibunya di Dusun Sejahtera, Gampong Meurandeh,
Kecamatan Langsa Lama. Ayahnya sudah lama meninggal dunia, dan sampai hari ini
belum diketahui dimana keberadaannya.
Kakak kandungnya,
Samsiah,
yang
menyampaiakan masalah adiknya itu kepada Waspada, Senin (4/6) mengatakan,
terakhir kali pada hari Jumat (1/6), Yusri berpamitan dari rumah dengan ibu
kandungnya pergi ke sekolahnya untuk mengikuti ujian kenaikan kelas. Namun tidak
seperti
biasa
sudah
pukul 14.00 WIB sore Yusri belum juga pulang ke rumah.
Karena hingga Jumat sore
itu
dia tak pulang, maka
pihak
keluarga dibantu tetangga
mencarinya ke rumah teman-temannya. Namun sejumlah teman Yusri yang dijumpai
tak mengetahui juga keberadannya, malahan mereka menginformasikan bahwa Yusri
Jumat tak sempat
ikut
ujian
karena tidak dizinkan wali kelas.
Menurut teman Yusri kepada
Samsiah, bahwa pada sehari sebelumnya Kamis (31/5), Yusri sempat dipanggil dari
ruang kelas usai ujian oleh guru Firdaus, meminta Yusri membayar sisa uang
pembangunan kelas I sebesar Rp 100 ribu. Waktu itu Yusri meminta waktu membayar
uang tersebut
pada hari
Senin.
Namun guru tersebut tak mau dan mengharuskan membayarnya pada Jumat, dan bila
tidak dibayar maka Yusri tak dibenarkan masuk ujian.
”Yusri anaknya sangat
pendiam,”
ujar Samsiah dengan nada sedih. Dan dia tak pernah membantah serta selama ini juga
tak
pernah mau membolos sekolah. Masalah uang Rp 100 ribu itu ia tidak pernah
mengadukan
kepada ibunya maupun kepada keluarga lain termasuk kepada Samsiak
sebagai kakaknya. Memang tak seperti biasa pada hari Kamis itu Yusri nampak
murung, dan kami pikir ia kecapean apalagi sedang melaksanakan ujian. Kami tak
menyangka ia ada memendam persoalan di sekolahnya, ujar Samsiah.
Samsiah sangat
menyesalkan,
mengapa uang Rp 100 ribu untuk keperluan sekolahnya itu tak dilaporkannya
kepada ibunya. Kemungkinan
Yusri, sayang melihat kondisi ibunya yang sudah sangat tua dan hanya bekerja ke
sawah membantu orang kampung demi memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
Sehingga ia merasa terbeban dan tak mau memberatkan ibunya lagi meminta uang Rp
100 ribu itu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar