Jumat, 03 Desember 2010

Pencet Sana Melendung Sini

Pembangunan Kota Langsa, Pencet Sana Melendung Sini

SEJUMLAH proyek pembangunan di Kota Langsa, tak ubahnya laksana patung muka hasil karya mahasiswa baru seni kriya yang baru pertama kali menjamah tanah liat. Hampir tidak ada yang sempurna. Pencet sana, melendung sini. Pembangunan plat beton mengganggu jalan, pembangunan jalan mengganggu trotoar, pembangunan trotoar mengganggu parit, pembangunan parit mengganggu jembatan, begitulah eksesnya tak putus-putus, sambung menyambung.

Jika dikelompokkan, hasil pembangunan fasilitas umum di Kota Langsa yang tidak beres ini dapat dibuat dalam tiga kategori secara garis besar. Kategori pertama proyek cet langet, kategori kedua proyek abunawas, kategori ketiga proyek asal-asalan, dan yang disebut terakhir ini jumlah lebih banyak dibanding dengan jenis yang pertama dan kedua.

Adapun kategori cet langet, berupa proyek besar yang kurang perhitungan saat rancangan dimulai. Sehingga ketika telah selesai dibangun, objeknya malah ditelantarkan, dan uang dalam jumlah besar pun seperti air tawar yang ditumpahkan ke dalam laut. Sebanyak apapun yang ditumpahkan tetap tidak mempengaruhi keasinannya. Fisik proyek serupa ini dapat diwakili antara lain dengan bangunan pasar di Seuriget, penimbunan jalan di kuala pelabuhan, dan pembangunan rumah untuk warga reklamasi warga Pusong.

Sedangkan yang dapat digolongkan kepada proyek abunawas, yaitu proyek yang pembangunannya seperti tidak masuk akal. Contohnya seperti pembangunan terminal yang tujuannya untuk memudahkan masyarakat dalam berpergian, justru dengan adanya terminal masyarakat bertambah sulit. Sehingga Terminal Terpadu Langsa pun tidak pernah dapat difungsikan dengan baik secara normal, kecuali hanya dapat difungsikan dengan pemaksaan.

Demikian juga pembangunan trotoar di Jalan A. Yani, yang seharusnya memudahkan pejalan kaki malah bertambah sulit. Karena setelah trotoar selesai dibangun justru dipergunakan untuk tempat berdagang, dan tepi jalannya dimanfaatkan untuk memungut biaya parkir.

Kategori ketiga proyek asal-asalan, ini paling banyak jumlahnya. Bila diterlusuri, proyek-proyek serupa ini memang sepertinya sengaja diciptakan setiap tahun. Tujuannya bisa bermacam-macam; ada unsur politis ada juga yang bukan. Namun yang menguntungkan dengannya tetap hanya segelintir orang, yaitu pemegang kuasa pengesahan anggaran, pimpinan lembaga tempat proyek itu dititipkan, dan pelaksana proyek itu sendiri yang bebas mengerjakannya sesuka hati.

Contoh barang proyek serupa ini, antara lain dapat terlihat pada objek bangunan jalan, gorong-gorong, parit, dan objek-objek sejenisnya yang ketika dikerjakan sering tidak menggunakan papan plank nama. Sehingga pengawasan pun tidak berlaku, kalaupun ada hanya sekedar formalitas untuk memenuhi adminstrasi saat pengamprahan dananya.

Jenis proyek asal-asalan ini pada umumnya hampir tidak ada perhitungan apa manfaatnya bagi masyarakat setelah ia dibangun. Sehingga tidak jarang setelah pembangunan selesai lebih banyak ekses yang dialami masyarakat dapada manfaatnya. Cotohnya, pembangunan plat beton pada sejumlah titik persimpangan jalan dalam kawasan kota, dengan adanya bangunan ini banyak kecalakaan yang terjadi , dan tidak sedikit kenderaan warga yang rusak.

Karena plat beton di beberapa titik persimpangan jalan sekitaran Kota Langsa dibangun dengan posisi menanjak telah menimbulkan masalah baru bagi masyarakat. Sebab umumnya kendaraan roda empat yang memiliki seksi rendah kandas ketika melewatinya. Tujuan pembangunan plat beton untuk memudahkan lalu lintas di jalan jadi terbalik, malah membuat petaka bagi masyarakat pengguna kenderaan roda empat dan dua.

Hal itu terjadi, karena book calper antara penyambung badan jalan dengan lantai plat beton berjarak sangat dekat dan memiliki kemiringan sangat terjal. Seharusnya untuk menghindari tanjakan yang sangat seperti itu, book calper dibuat lebih miring lagi dengan posisi seperti bukit yang landai.

Akibat pembangunan plat beton yang seperti itu, ditambah bangunan sejumlah ruas jalan yang semakin sering dibuat semakin keriting atau berlubang, dan bangunan parit yang semakin banyak menghabiskan anggaran semakin tersumbat airnya, maka kenyataanya menjadi klop dengan judul di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar