Tidak ada yang lebih kucintai di dunia ini kecuali Rasulullah Muhammad SAW. Sebab yang membuka jalan kebenaran dari lorong kegelapan ke yang bercahaya (Muhammad Iqbal)
Demi cinta kepada Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib rela tidur di tempat baginda pada malam hijrah. Dan demi cinta kepada junjungan, Abubakar rela jalan berjalan seiring pada malam hjirah. Demi mencintai Nabi, Bilal bin Rabbah mempertaruhkan nyawanya dalam setiap peperangan. Demi mencintai Nabi, Umar bin Khattab menantang setiap musuh di medan juang, demi mencintai Nabi, Jakfar bin Abi Thalib rela Syahid di medan perang.
Masih ada ratusan lagi yang mengorbankan harta dan nyawanya untuk Nabi. Nabi memang memiliki magnet cinta yang tinggi, bukan hanya manusia beriman yang mencintanya, tetapi makhluk lain pun mencintainya, seperti malaikat, jin Islam, fauna dan flora, makhluk Allah semuanya.
Mencinta Nabi bukan sekadar memperingati maulid yang sudah sangat mentradisi dalam masyarakat Islam, mencintai Nabi yang sejati adalah menteladani akhlaknya, memahami risalah Islam yang dibawanya serta mengamalkan syariat Islam secara kaffah. Mencintai Nabi di mulut saja (basa-basi) tak ada gunanya, magnit cinta. Nabi tak akan menarik cinta palsu dari siapa pun.
Karena itulah Rasulullah menolak pengakuan cinta Muaqaukis (Raja Mesir) yang mengaku beriman tapi tidak mau berpindah agama ke Islam. “Raja ini tidak akan selamat di dunia dan di akhirat,” kata Rasulullah. Cinta yang sejati adalah cinta yang dipersembahkan Abubakar Siddiq yang berikrar. Aku mencinta Rasulullah seperti aku mencintai diriku sendiri, namun kalau ditimbang cinta diriku dan cintaku kepada Rasulullah, seperti beratnya bukit Uhud dengan bukit kecil Tsaniatul Wada’.
Dan, dalam sebuah hadist dikatakan belum beriman seseorang kamu sebelum kamu dapat memposisikan cinta suci kepada Allah dan rasulnya di atas segalanya. Dan setelah cinta kepada Allah dan rasul telah kita nomorsatukan, maka terasalah manisnya iman, dan pahitnya kemunafikan. Salamun alaika ya habibullah wa habibina, Anta Syamsul anta badrun, anta nurun fauqa nuri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar