Jumat, 12 November 2010

Efesiensi Ubah Trase Lingkar Berpotensi Beragam Makna

Efesiensi Ubah Trase Lingkar Berpotensi Beragam Makna

Oleh Ibnu Sa’dan

JIKA satu tim work melaksanakan sebuah proyek dengan anggotanya berasal dari berbagai disipilin ilmu dan keahlian, efesiensi bisa menjadi sebuah kata beragam makna. Apalagi kalau sudah masuk muatan kepentingan, efesiensi malah dapat berbeda tipis dengan pemborosan, kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN). Panitia pembebasan tanah untuk jalan lingkar Kota Langsa telah membuktikan hal tersebut, demi untuk “efesiense” panitia rela meminggirkan hasil survei tim ahli dan menggantinya dengan hasil survei sendiri.

Sekda Kota Langsa, Syaifullah, SH, MM, MH secara implisit membenarkan hal tersebut. Dalam klarifikasinya terhadap berita Waspada “Warga Minta Pembebasan tanah Jalan Lingkar Jangan Dimanuplasi,” (Jumat/5/11), dia menjelaskan tidak dipakainya hasil survei tim ahli dari Dinas PU karena efesiensi. “Ubah Trase Lingkar, Efesiensi Anggaran,” demikian judul berita yang kembali dilansir Waspada, Selasa (9/11) sekaligus sebagai jawaban Sekda terhadap berita protes warga sebelumnya.

“Efesiensi” model seperti ini sebenarnya bukanlah hal baru terjadi di Kota Langsa. Bahkan sebelum Kota Langsa berdiri sendiri masih bergabung dengan Kabupaten Aceh Timur pun sudah banyak efesisensi-efesiensi lain yang dilakukan. Hasil dari efesiensi-efisiensi tersebut hingga kini masil terlihat dan masyarakat dipaksa mengurut dada serta menanggung akibatnya.

Contoh-contoh efesiensi yang sudah lalu cukup banyak. Antara lain yang terbesar Proyek Pembangunan Terminal Terpadu Langsa, demi efesiensi, tempat warga Kota Langsa menunggu kenderaan umum untuk berangkat keluar kota itu dibangun pada jalur “strategis” yang banyak menimbulkan masalah. Sehingga sampai sekarang para penumpang yang naik maupun turun bus masih enggan menggunakannya.

Demikian juga pembangunan Proyek Tempat Pendaratan Ikan (TPI) di Desa Birem Puntong, karena alasan efesiensi akhirnya menjadi pembangunan yang mubazir. Pembangunan kantor Camat Langsa Baro lain lagi, karena alasan efesiensi saat pembebasan lahan, sekarang kantor pelayanan masyarakat tersebut menjadi langganan banjir. Saat pembangunan perumahan untuk warga reklamsi Pusong dilakukan efesiensi juga menjadi bahan pertimbangan, sehingga setelah perumahan itu selesai, bertahun-tahun masalah pemindahan warga Pusong justru tidak bisa selesai.

Jika efesiensi dan keindahan dipadukan, seperti alasan Sekda mengubah trase lingkar, pembangunan trotoar jalan A. Yani agaknya paling cocok menjadi contoh. Karena setelah trotoar baru itu dibangun langsung bisa digunakan para pedagang untuk berjualan. Dengan begitu nilai efesiensinya langsung terlihat, tanpa harus membangun toko retribusi pedagang bisa diperoleh dari trotoar.

Kembali pada alasan efesiensi mengubah trase jalan lingkar, menurut Sekda Syaifullah, SH, MM, MH, bisa menghematkan anggaran dan menambah keindahan. Yang menjadi pertanyaannya, kenapa sebelumnya tim ahli dari Dinas PU Kota Langsa harus dilbatkan dalam melakukan survei jika hasil yang mereka rokomendasikan ternyata tidak berencana untuk dipakai.

Kita berharap efesiensi ini tidak akan berakhir seperti yang dilakukan mantan Kabag Umum TM. Tarkun ketika melakukan pengadaan komputer, karena akibtanya yang bersangkutan sekarang telah berurusan dengan hukum. Mudah-mudah panitia pembebasan tanah untuk trase jalan lingkar kali ini bisa belajar dari pengalaman-pengalaman masa lalu. Agar jangan sampai terjadi dengan alasan efesiensi malah menambah kerja pada masa mendatang.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar