Lanjutan Pelajaran Ketiga
Haba Rakyat
Oleh Ibnu Sa’dan
Masih Seputar Ilham.
Contoh lain mengenai ilham yang paling mudah didapat bagi anak-anak remaja tentunya tentang pacar. Membuat karangan dengan mengambil ilham dari pacar itu paling mudah dilakukan. Maka itu jangan heran, begitu banyak kisah cinta, kisah patah hati, kisah cemburu ditulis. Semakin unik dan semakin khas persoalan cinta, semakin menarik. Contohnya, kisah cinta Si Kapluk dengan si Yusniar dalam cerita Empang Breuh, cukup banyak penggemarnya. Hal itu bisa menarik karena unik.
Kalau tidak unik, ya harus dibikin unik. Kalau juga tetap tidak bisa unik, bikin saja hingga menjadi menarik, walaupun biasa-biasa saja. Kalau kedua-duanya tidak bisa, buang saja ilham itu dan cari ilham yang lain.
Yang penting, siapkan diri untuk bisa menerima ilham. Kalau ada ilham melasat harus langsung bisa kita tangkap. Seumpamanya, kita ini sebagai pengarang sama dengan pesawat penerima. Jika ada gejala sedikit langsung saja kita rekam. Untuk kemudian kita siarkan kembali dalam bentuk tulisan yang dibuat sebagai karangan. Itulah namanya pengarang.
Seorang ilmuwan seperti Einsten, misalnya, jika melihat buah apel yang jatuh dia pasti langsung teringat tentang daya tarik bumi atau gaya berat. Tapi kalau pengarang yang melihat itu, mungkin dia akan berpikir buah apel itu serupa benar dengan warna bibir pacarnya, atau dia teringat akan kemelaratan dirinya sendiri yang hanya mampu melihat apel di toko buah. Sementara untuk membeli dia tidak mampu.
Waktu untuk menerima ilham bisa setiap saat. Pagi, sore, malam pun bisa. Bahkan waktu tidur pun, barangkali impian tertentu bisa dijadikan ilham. Setiap pengarang biasanya memiliki kebiasaan sendiri-sendiri. Kapan waktunya yang paling tepat menerima ilham itu, mereka sendiri yang tahu. Ada orang yang mudah menerima ilham jika sudah pergi jalan-jalan, dan ada juga orang yang mudah menerima ilham justru saat jongkok di kakus. Tapi untuk yang ini jangan dibiasakan, karena kalau lama-lama seperti itu nantinya bisa terkena sakit ambien.
Persiapan menerima ilham, pada dasarnya adalah untuk menyiapkan batin. Hampir kebanyakan pengarang, mereka gampang menerima ilham kalau sedang berpergian. Di dalam pesawat terbang, dalam bis, dalam kereta api, pikiran biasanya mudah menangkap isyarat ilham. Orang-orang seperti ini tentunya yang tidak memikirkan pesawat yang ditumpanginya akan jatuh, atau kenderaan yang ditumpanginya akan bertuburukan atau terguling. Jika perasaannya dihantui hal-hal yang menakutkan seperti itu, ilham pasti tidak akan mudah ditangkap.
Harap maklum, ilham yang diperoleh dalam perjalanan tidak semestinya akan melahirkan karangan tentang perjalanan melulu. Karena perjalanan itu sendiri belum tentu mengilhami, melainkan batinnyalah yang sudah siap untuk diilhami. Sementara ilham itu sendiri mungkin saja tentang sesama penumpang, tentang rumah, atau mungkin juga tentang rindu yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.
Semua ilham itu harus dibuat jadi menarik. Kalau tidak, karangannya tidak akan ada yang mau baca. Contohnya yang paling gampang, yaitu tentang pacar. Tulislah sesuatu yang menarik padanya. Entah hidungnya yang keriting, gaya ngomongnya. Atau bisa juga tentang bulu tangannya. Itulah yang dipuji-puji terus. Seakan tanpa bulu tangan itu ia jadi tidak berarti. Seperti Andrea Hirata memuji kuku di jari-jari Aling dalam Novel Pasukan Pelangi. Padahal kalau kita berpikir, bahwa kuku itu pasti tak punya arti apa-apa jika tidak ada pemiliknya. Dengan kata lain ilham cintanya terletik dari kuku jari-jarinya.
Tentang ilham saya pikir sudah cukup di sini saja, besok akan kita lanjutkan lagi mengenai bagaimana dari ilham masuk ke ide.
Jika mau jadi lebih cepat menguasai metode untuk mengarang kunjungi saja situs : http://habarakyat-merekabicara.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar