Rabu, 13 Juni 2012

Hari Ini Langsa Memilih

Hari ini   (14 Juni) sesuai data dari Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kota Langsa sebanyak 110.492 jiwa warga Kota Langsa yang tercatat memiliki hak suara  akan mempergunakan hak suaranya di 260 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersebar di seluruh Gampong Di Kota Langsa untuk memilih calon Walikota dan wakil Walikota .
 
Kita berharap para pemilih  yang memiliki hak suara  tersebut akan datang ke TPS dan mempergunakan sebaik-baiknya suara mereka alias tidak ada yang tidak mempergunakan hak suaranya.
 
Persoalan tidak mempergunakan hak suara dalam Pemilihan Kepala daerah ( Pilkada ) Kota Langsa ini  sangat menarik untuk dibicarakan setidaknya ada dua hal sehingga persoalan ini  sangat menarik dalam kontes  Pilkada di Kota Langsa.
 
Pertama pada putaran pertama  9 April 2012 lalu dari 13 kandidat calon walikota dan Wakil Walikota yang bertarung hanya menyisakan dua pasangan saja yang harus kembali “bertarung” pada putaran kedua.
 
Pasangan yang maju pada putaran kedua adalah nomor urut 3 yakni Zulkifli Zainon-Syaifullah yang diusung oleh sejumlah partai diantaranya partai Golkar,PDI-P,Gerindra,Hanura, kemudian pasangan nomor urut 13 yakni Usman Abdullah-Marzuki Hamid yang diusung oleh Partai Aceh yang juga didukung oleh partai Demokrat serta  beberapa kandidat calon walikota Langsa yang gugur pada putaran pertama.
Saat ini berkembang asumsi bahwa pemilih di Indonesia mulai jenuh dengan wajah-wajah lama dan kandidat yang diusung oleh partai politik karena prilaku para politikus saat ini, sehingga calon-calon dari jalur Independen banyak dilirik karena diyakini akan membawa perubahan dan angin segar dalam perpolitikan di Indonesia, namun yang terjadi di Langsa justru tidak membuktikan tesis tersebut hanya dua pasangan independen yaitu Syech Muhajir, L.LM dan H.Kamarullah,S.Ag dari jalur Independen  yang mendapat suara sekitar 6.571 atau 9,65 persen dan pasangan Saifuddin razali dan Abdullah Itam dengan jumlah suara 5.988 atau 8,79 persen sementara delapan pasangan lainnya  dari jalur independen hanya mendapat suara dibawah lima persen.
 
Calon-calon yang diusung partai politik arus utama seperti Golkar,PDI-P dan  Partai Aceh justru meraup suara terbanyak masing-masing untuk pasangan Zulkifli Zainon dan Syaifullah mendapat 19.018 atau 27,92 persen suara dan pasangan   Usman Abdulah dan Marzuki Hamid mendapat 14.641 atau 21,48 persen suara.   
 
Kandati demikian putaran kedua ini juga menyisakan sebuah kekhawatiran, fakta bahwa tidak ada kandidat yang mendapat suara dominan pada putaran pertama serta pilihan kandidat yang mengerucut menjadi dua diperkirakan akan membuat para pemilih berfikir ulang untuk datang ke TPS.
 
Sejumlah penelitian menunjukkan, sistem dua partai relatif bisa mengurangi tingkat partisipasi pemilih. Motivasi pemilih untuk ikut memilih bisa surut ketika partai atau calon yang maju dalam pemilihan tidak ada yang disukai. Sebaliknya negara yang menganut sistem multipartai relatif bisa memancing partisipasi pemilih yang lebih tinggi. Hal ini karena pemilih lebih punya banyak pilihan dan alternatif. Sejumlah penelitian juga menunjukkan, sistem proporsional lebih membuat partsipasi pemilih lebih tinggi dibandingkan dengan pemilihan sistem distrik. Keterwakilan proporsional pada umumnya dipercaya dapat meningkatkan kehadiran pemilih karena semua partai dapat meningkatkan keterwakilan mereka, , (Russel J. Dalton dan Martin P. Wattenberg, 1993).Dengan demikian semakin banyak calon walikota yang ikut diyakini akan semakin banyak calon pemilih yang hadir  ke TPS.
 
Kedua, menariknya lagi fenomena ketidak hadiran pemilih ke TPS ini di Kota Langsa terbilang tinggi hanya  65,01 persen atau 72.365 jiwa pemilih yang terdaftar di Daftar Pemilih Tetap  (DPT) yang berjumlah 111.308 jiwa   mempergunakan hak pilihya pada putaran pertama.
 
Fenomena ketidak hadiran para pemilih ke TPS ini sering disebut sebagai tindakan Golput. Golput sendiri menurut  Bismar Arianto  merupakan singkatan dari golongan putih, Bismar mengatakan inti dari kata Golput adalah tidak menggunakan hak pilih dalam pemilu dengan berbagai faktor dan alasan.( Bismar Arianto, analisis penyebab masyarakat tidak memilih dalam Pemilu, jurnal ilmu politik dan ilmu pemerintahan, vol. 1, no. 1, 2011).
 
 Fenomena Golput sendiri sudah terjadi sejak diselenggarakan pemilu pertama tahun 1955, akibat ketidaktahuan atau kurangnya informasi tentang penyelenggaraan pemilu.  Biasanya para pemilih tidak datang ke tempat pemungutan suara
 
Ada tiga alasan mengapa para pemilik suara tidak mempergunakan hak mereka pada hari pencoblosan, Eriyanto dalam kajian bulanan yang dilakukan Lembaga Lingkar Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan alasan Pertama, adalah alasan administratif—seperti  tidak mendapat surat undangan, atau belum memperoleh kartu pemilih. Kedua, alasan individual atau teknis, seperti sedang bekerja, ada keperluan pribadi di saat hari pemilihan. Ketiga,  alasan politis, yakni menganggap Pilkada tidak ada gunanya  dalam meningkatkan kehidupan lebih baik. (Golput Dalam Pilkada, Kajian Bulanan LSI Edisi 05 September 2007, oleh Eriyanto.).
Dalam laporan tersebut juga ditemukan alasan yang sifatnya administratif dan teknis/individual menjadi sebab utama seseorang tidak ikut dalam pemilihan. Klaim bahwa seseorang memilih golput sebagai bentuk protes terhadap penyelenggaraan Pilkada, tidaklah sebesar yang diduga selama ini.
 
Terlepas dari pemaknaan dan alasan Golput dengan berbagai argumen, khusus untuk Kota Langsa kehadiran para pemilih ke TPS memberikan implikasi yang sangat besar terhadap pembangunan Kota  Langsa dimasa mendatang.  
 
Kandati telah berusia 11 tahun sejak di dimekarkan dari kabupaten Induk Aeh Timur pada tahun 2001, Kota Langsa masih menghadapi berbagai problem dalam pembangunannya seperti masalah penantaan pemerintahan yang terlalu gemuk saat ini sehingga Forum Indonesia Untuk tranparasi Anggran (Fitra) dalam relisnya 9 April 2012 menempatkan Kota Langsa sebagai daerah yang paling banyak mengunakan anggaran belanja hampir 76,7% persen untuk biaya belanja pegawai. (http://www.seknasfitra.org
 
Persoalan yang lain adalah pengangguran  . Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Langsa mencatat pada tahun 2010, jumlah pengangguran di kota ini sudah berkisar 12,95 persen, salah satu penyebab pengangguran tersebut adalah minimnya lapangan kerja.
 
Sektor ekonomi juga butuh perhatian kendati laju pertumbuhan perekonomian Kota Langsa memang menunjukkan tren meningkat sejak 2008, namun peningkatan yang terjadi sangat kecil dan berjalan sangat lambat. Pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Kota Langsa berada pada angka 3,93 persen. Angka tersebut sedikit meningkat pada 2009 yang mencapai 4,20 persen, dan pada 2010 angka pertumbuhan kembali meningkat sedikit yakni mencapai 4,70 persen.
 
Guna meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian di Kota Langsa yang jumlah penduduknya mencapai 148 ribu jiwa diperlukannya stimulus secara simultan terhadap beberapa sektor yang menyumbang pertumbuhan ekonomi yang sangat signifikan.
 
Hal tersebut bisa terwujud bila Walikota mendatang memiliki visi perekonomian yang baik serta legistimasi kekuasaan lebih besar dari masyarakat, semakin banyak pemilih yang memilih akan memberikan legistimasi tersebut.
 
Pilkada yang digelar  hari ini memberikan peluang bagi warga Langsa untuk memilih pemimpin yang dapat membawa perubahan bagi Langsa, karena Kota Langsa membutuhkan pemimpin yang mampu berfikir dan bertindak cepat dan tanggap menghadapi berbagai persoalan perkotaan.
 
Apapun pilihan anda di bilik suara, akan menentukan masa depan Kota Langsa, namun bila ada tidak datang ke TPS sama saja anda menyerahkan masa depan anda ditentukan oleh orang lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar